PROPOSAL PENELITIAN FISIOLOGI HEWAN
“PENGARUH SEDUHAN KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa) TERHADAP STRUKTUR HISTOLOGI GINJAL KELINCI ”
DISUSUN OLEH:
Annisah Latifatun Hasanah (10304241012)
Pendidikan Biologi Subsdi
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SUBSIDI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
PENGARUH SEDUHAN KELOPAK BUNGA ROSELLA TERHADAP STRUKTUR HISTOLOGI GINJAL KELINCI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan obat herbal sebagai alternatif penyembuhan penyakit semakin meningkat di Indonesia karena sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa obat herbal tidak mempunyai efek samping. Obat herbal meskipun berbahan alami bukan berarti aman 100% karena tanaman obat pun mengandung racun. Penggunaan obat herbal selama ini hanya bersifat empiris artinya hanya berdasarkan dosis dan efek yang didapat dari pengalaman yang bervariasi tiap-tiap orang. Bukan berdasarkan evidence based medicine, dimana obat harus lolos melewati uji fisik, kimiawi, farmakologis, biologis, dan uji toksisitas. Oleh karena itu, sebagian besar dokter belum merekomendasikan penggunaan obat herbal. Salah satu obat herbal yang makin popular di masyarakat adalah rosella. Berdasarkan penelitian dan pengalaman sekelompok orang yang telah menggunakan kelopak bunga rosella untuk pengobatan terbukti bahwa kelopak bunga rosella sangat berkhasiat. Namun, hingga saat ini penelitian mengenai efek samping akibat komsumsi kelopak bunga rosella tidak sebanyak penelitian mengenai manfaatnya.
Rosella (Hibiscus sabdariffa) merupakan anggota famili Malvaceae. Kelopak bunga rosella banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman. Masyarakat lebih sering menggunakan kelopak bunga rosella sebagai minuman yang diseduh. Secara tradisional, kelopak bunga rosella digunakan sebagai obat herbal antihipertensi, antikanker, diuretik, peluruh batu ginjal, antikolesterol, antibakteri, dan sebagainya. Rosella mengandung protein, vitamin, mineral, dan komponen bioaktif seperti asam organik, phytosterol, polyphenol, antosianin dan flavonoid.
Penelitian-penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa ekstrak kelopak bunga rosella berkhasiat. Faraji dan Tarkhani (Tehran’s Shariati Hospital, 1998) melakukan uji klinik efek kelopak bunga rosella sebagai antihipertensi. Pasien diberikan konsumsi secangkir seduhan 3 kuntum kelopak bunga rosella. Setelah 12 hari, nilai sistolik pasien rata-rata turun 11,2%, tekanan sistolic turun 7,9%, diastolic 5,6%. Vilasinee Hirunpanicha (Department of Pharmacology, Mahidol University, Thailand) melakukan penelitian selama 6 minggu terhadap tikus untuk melihat efek antikolesterol dari kelopak bunga rosella. Hasilnya serum kolesterol menurun 22% untuk ekstrak kelopak bunga rosella 500 mg/kg dan 26% untuk 1.000 mg/kg bobot. Penelitian yang dilakukan Ir Didah Nurfarida MSi, periset Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor mendapatkan bahwa kandungan antioksidan pada kelopak bunga rosella jumlahnya 1,7 mmmol/prolox, lebih tinggi dibanding kumis kucing yang antioksidannya teruji klinis meluruhkan batu ginjal. Jumlah antioksidan tersebut didapat dengan menggerus 3 kuntum kelopak bunga rosella menjadi 1,5g bubuk dan diberi air 200ml.
Efek samping dari kelopak bunga rosella yang sudah diketahui hanya jantung berdebar dan belum pernah dilaporkan efek samping yang serius. Namun, menurut Peter Harwick, Native Rosella (Hibiscus heterophyllus) yang merupakan spesies lain dari rosella bisa menyebabkan kerusakan ginjal jika dikonsumsi.
Zat-zat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami proses farmokinetik berupa absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Proses ekskresi terutama lewat ginjal. Paparan obat-obatan, logam berat, hasil metabolisme yang berlebihan dan zat-zat lain berpotensial merusak ginjal. Penggunaan obat-obat diuretik mempunyai efek samping berupa nefritis interstitial. Kelopak bunga Rosella bersifat diuretik dan ternyata jika pemakaiannya berlebihan akan menimbulkan iritasi saluran kemih dan peningkatan eritrosit melebihi batas normal pada urinnya. Dengan adanya hal tersebut, maka peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang pengaruh seduhan kelopak bunga rosella terhadap struktur histologi ginjal kelinci.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengaruh seduhan kelopak bunga Rosella terhadap struktur histologi ginjal kelinci?
2. Pada dosis berapakah seduhan kelopak bunga sangat berpengaruh terhadap struktur histologi ginjal kelinci?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh seduhan kelopak bunga Rosella terhadap struktur histologi ginjal kelinci?
2. Untuk mengetahui pada dosis berapa seduhan kelopak bunga Rosella sangat terhadap struktur histologi ginjal kelinci?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BUNGA ROSELLA
Kalsifikasi
Kerajaan: Plantae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : H. sabdariffa
Rosella (Hibiscus sabdariffa) merupakan anggota famili Malvaceae. Kelopak bunga rosella banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman. Masyarakat lebih sering menggunakan kelopak bunga rosella sebagai minuman yang diseduh. Secara tradisional, kelopak bunga rosella digunakan sebagai obat herbal antihipertensi, antikanker, diuretik, peluruh batu ginjal, antikolesterol, antibakteri, dan sebagainya. Rosella mengandung protein, vitamin, mineral, dan komponen bioaktif seperti asam organik, phytosterol, polyphenol, antosianin dan flavonoid.
B. GINJAL
Fisiologi GinjalGinjal merupakan alat tubuh yang strukturnya amat rumit dan berperan penting dalam pengelolaan berbagai faal utama tubuh.30 Fungsi ginjal dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Regulasi volume dan osmolalitas cairan tubuh
Bila tubuh kelebihan cairan maka terdapat rangsangan melalui karotis interna ke osmoreseptor di hipotalamus anterior. Rangsangan tersebut diteruskan ke kelenjar hipotalamus posterior sehingga produksi hormon anti diuretik (ADH) dikurangi dan akibatnya diuresis banyak.
2. Regulasi keseimbangan elektrolit
Untuk mempertahankan homeostasis, ekskresi air dan elektrolit seharusnya sesuai dengan asupan. Jika asupan melebihi ekskresi, umlah zat dalam tubuh meningkat. Jika asupan kurang dari ekskresi, jumlah zat dalam tubuh berkurang.
3. Regulasi keseimbangan asam basa
Ginjal turut mengatur asam-basa, bersama dengan sistem dapar paru dan cairan tubuh, dengan mengekskresi asam dan mengatur penyimpanan dapar cairan tubuh.
4. Ekskresi produk metabolit dan substansi asing
Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh, seperti urea (dari metabolisme asam amino), kreatinin (dari kreatin otot), asam urat (dari asam nukleat), produk akhir pemecahan hemoglobin (seperti bilirubin), dan metabolit dari berbagai hormon. Ginjal juga membuang banyak toksin dan zat asing lainnya yang diproduksi oleh tubuh atau pencernaan, seperti pestisida, obat-obatan dan makanan tambahan.
5. Fungsi endokrin
a. Partisipasi dalam eritropoiesis
Ginjal mengsekresi eritropoietin, yang merangsang pembentukan sel darah merah. Salah satu rangsangan yang penting untuk sekresi eritropoietin oleh ginjal ialah hipoksia.
b. Pengatur tekanan arteri
Ginjal berperan penting dalam mengatur tekanan arteri jangka panjang dengan mengekskresi sejumlah natrium dan air. Ginjal juga mengatur tekanan arteri jangka pendek dengan mengsekresi faktor atau zat vasoaktif, seperti renin yang menyebabkan pembentukan produk vasoaktif (misalnya angiotensin II).
6. Pengaturan produksi 1,25-dihidroksi vitamin D3
Ginjal menghasilkan bentuk aktif dari vitamin D, yaitu 1,25- dihidroksi vitamin D3.
7. Sintesa glukosa
Ginjal mengsintesis glukosa dari asam amino dan prekursor lainnya selama masa puasa yang panjang, proses ini disebut glukoneogenesis.
Fungsi utama ginjal adalah regulasi volume, osmolalitas, elektrolit, konsentrasi asam basa cairan tubuh dengan mengeksresikan air dan elektrolit dalam jumlah yang cukup untuk mencapai keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh total dan untuk mempertahankan konsentrasi normalnya dalam cairan ekstra selular. Dalam melaksanakan berbagai fungsi di atas, di dalam ginjal terdapat peristiwa filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi. Ginjal melasanakan fungsinya dengan mekanisme filtrasi plasma yang terjadi di sepanjang kapiler glomeulus, mekanisme reabsorbsi dan sekresi berbagai zat yang berlangsung di sepanjang tubulus. Mekanisme tersebut mengubah komposisi akhir dan volume urin secara drastis apabila dibandingkan dengan cairan yang masuk ke nefron melalui kapiler glomerulus. Ginjal menerima sekitar 20% hingga 25% dari curah jantung atau sekitar 1000 hingga 1200 ml/menit untuk difiltrasi. Semua elemen akan mengalami filtrasi, termasuk air, elektrolit, dan nonelektrolit, kecuali untuk sel darah merah dan sebagian besar protein. Transport ion dan molekul melalui peristiwa reabsorbsi dan sekresi di sepanjang tubulus melalui mekanisme transport aktif atau pasif. Molekul-molekul air bergerak secara osmosis jika terdapat gradien konsentrasi ion-ion atau molekul yang melewati membran semipermeabel. Sejumlah dua pertiga dari hasil filtrasi glomerulus diabsorbsi kembali oleh tubulus proksimal, dan hanya sekitar 1% yang diekskresikan ke dalam urin.
Anatomi GinjalGinjal adalah organ retroperitoneal yang terbentang pada bagian belakang dinding abdomen setinggi vertebra thorakal XII sampai vertebra lumbal III dan sebagian besar ditutupi tulang iga. Ginjal sebelah kanan terletak lebih rendah dari ginjal sebelah kiri, hal ini mungkin karenak letak ginjal kanan yang beraposisi dengan hepar.
Ginjal berbentuk mirip kacang (bean shape). Masing-masing ginjal memiliki berat 130-150 gram.34 Ukuran ginjal kurang lebih; panjang 10 cm, lebar 5 cm, dan ketebalan 2.5 cm. Pada orang hidup berwarna coklat kemerahan. Ginjal dikelilingi oleh capsula fibrosa yang melekat erat dengan kartex ginjal. Di luar capsula fibrosa terdapat jaringan lemak yang disebut lemak perirenal. Fascia renalis mengelilingi lemak perirenal dan meliputi ginjal dan kelenjar suprarenal. Di belakang fasia renalis biasanya terdapat banyak lemak dan dinamakan lemak pararenal. Margo lateral ginjal berbentuk konveks dan margo medialis berbentuk konkaf. Pada margo medial terdapat celah vertical yang disebut hillus renalis di mana arteri masuk, vena dan pelvis renalis meninggalkan ginjal. Hilus renalis juga merupakan sebuah pintu masuk ke suatu ruangan di dalam ginjal yang disebut sinus renalis.
Irisan memanjang ginjal terlihat gambaran makroskopik ginjal yang terdiri dari:
1. Kortex renis : terlihat agak pucat dan lunak serta konsistensinya granulair.
Terletak langsung dibawah kapsula renalis dan melingkungi basis piramis renalis. Bagian ini disebut Columna renalis Bertini. Kortex renis ditempati oleh korpuskuli renalis, tubuli kontorti, dan bagian permukaan dari tubuli kolektivi.
2. Medula renis : tersusun atas beberapa bangunan berbentuk piramid, disebut Pyramides renales.
Apeks piramis menghadap sinus renalis disebut papillae renales. Papila ini diterima oleh calyx minor. Beberapa calices minores bersatu menjadi satu calyx major. Beberapa calices majores bersatu menjadi bangunan seperti corong, disebut pelvis renalis. Pelvis renalis ini melanjut sebagai ureter. Medula renis ditempati oleh ansa henle dan tubuli kolektivus.
Ginjal mendapat vascularisasi dari arteri renalis yang dicabangkan oleh aorta abdominalis. Masing-masing renalis biasanya membelah menjadi segmentalis yang masuk ke hilus renalis, empat di depan pelvis dan satu di belakang pelvis renalis. Mereka tersebar ke berbagai segmen ginjal. Arteri segmentalis akan bercabang menjadi lobaris, satu untuk setiap piramid ginjal. Sebelum masuk substansia ginjal, alobaris mempercabangkan dua atau tiga interlobaris. Pada perbatasan korteks dan medula, interlobaris mempercabangkan arcuata yang melengkung sekitar basis piramid. Arteri arcuata mempercabangakn sejumlah interlobularis yang berjalan ke atas dalam korteks. Arteriol aferen glomerulus merupakan cabang-cabang interlobularis. Sedangkan pembuluh darah baliknya adalah vena renalis yang bermuara ke vena cava inferior. Persarafan ginjal berasal dari pleksus simpatikus renalis dan tersebar sepanjang cabang-cabang arteri vena renalis. Serabut aferen yang berjalan melalui plexus renalis masuk ke medula spinalis melalui n. thoracalis X, XI, dan XII. Sifat inervasinya ialah vasomotor untuk pembuluh-pembuluh darah. Pembuluh limfe mengukuti perjalanan renalis menuju nodi lymphaciti aortae lateral yang terdapat sekitar panhkal renalis.
Histologi GinjalGinjal manusia terdiri dari 6-8 lobus, sedangkan ginjal tikus dan kelinci hanya terdiri dari satu lobus. Substansi ginjal dibagi dalam korteks dan medula. Pada ginjal terdapat suatu pengertian yang disebut nephron yaitu satu kesatuan fungsi dan struktur ginjal. Setiap ginajl terdiri dari 1-4 juta nefron. Nefron terdiri dari dua komponen utama, yaitu corpusculum renalis malphigi dan tubulus renalis. Korpuskulum renalis malphigi terdiri dari glomerulus yang dibungkus oleh epitel berdinding ganda yang disebut kapsula bowman dan berperan dalam proses filtrasi plasma. Sedangkan tubulus renalis, tersusun atas tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal.
1. Glomerulus
Glomerulus terdiri atas anyaman-anyaman kapiler yang saling beranastomosis berbentuk seperti bola yang dibungkus oleh kapsula Bowman disebut corpusculum renalis malphigi. Glomerulus terdiri atas; (1) satu arteriol aferen dan eferen; (2) kapiler yang melingkar-lingkar dilapisi sel endotel (glomerular tuft); (3) permukaan luar kapiler yang dilapisi oleh sel epitel (podosit); (4) mesangium, terdiri atas sel mesangium dan matriks; (5) membrana basalis.
Setiap korpuskulum renalis mempunyai kutub vaskuler dan kutub renalis. Kutub vaskuler merupakan tempat arteriol aferen masuk dan arteriol eferen keluar, sedangkan kutub renalis merupakan tempat dimulainya tubulus kontortus proksimal.
Kapiler yang berada dalam lobulus gromeruli yang menggantung pada vascular pole akan diperkuat/disokong yang dapat disamakan dengan penggantung usus (mesenterium), penggantung disebut mesangium. Alat penggantung ini terdiri dari substantia intercelluler dan sel yang disebut mesangeal cell. Mesangeal cell berbentuk stelat mirip sel perisit dan dapat berkembang menjadi makrofag untuk memfagosit benda-benda asing yang berada di ruang antar kapiler.
Kapsula bowman terdiri atas sel-sel squamus simpleks terdiri dari dua pars, yakni pars viseralis, yaitu meliputi kapiler-kapiler glomerulus, dan pars parietalis yang membungkus glomerulus. Antara kapsula bowman pars viseralis dan pars parietalis terdapat ruangan bowman/ruangan kapsula (bowman’s space/capsular’s space). Membrana basalis, endotel kapiler, dan epitel glomerulus (capsula bowman pars visceralis) merupakan barier filtrasi dari glomerulus.
2. Aparatus juxta glomerular
Sel-sel di tunika media arteriol aferen di daerah vascular pole mengalami modifikasi, yaitu sel-sel otot polosnya tersusun seperti sel-sel epitel, intinya menjadi bulat, sitoplasmanya yang berisi miofibril menjadi granula. Pada penyelidikan diketahui bahwa granula dengan juxta glomerular sel adalah prekursor renin. Bila renin disekresi ke sirkulasi, renin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin II yang menaikkan tekanan darah. Granula terlihat jelas dengan pewarnaan PAS dan Bown´s netral stain yang telah dimodifikasi oleh Wilson dan Hartrofts.
3. Tubulus Kontortus Proksimal (TC I)
Tubulus kontortus proksimal merupakan saluran-saluran berkelok-kelok, dengan panjang kurang lebih 14 mm, dimana letaknya mendominasi pada korteks renal. Terdiri dari pars convulata dan pars recta. Epitel sel TC I adalah kuboid atau kolumnar selapis, batas sel tidak jelas,sitoplasma asidifilik, inti besar dan bulat, permukaan sel terdapat brush border. membrana basalis tercat jelas dengan pewarnaan PAS. Pada apikal sel, di antara mikrovili terdapat kanalikuli yang befungsi untuk menyerap makromolekul yang telah melalui saringan ginjal. Bagian basal sel memiliki invaginasi membran dan interdigitasi pada membran lateral. Membran baso-lateral ini merupakan tempat pompa natrium untuk proses transport aktif ion natrium keluar dari sel. Interdigitasi membran lateral tersebut menyebabkan batas sel TC I tidak jelas. Epitel tubulus kontortus proksimal dapat berbentuk epitel rendah bila filtrat meningkat dan berbentuk epitel tinggi apabila filtrat menurun.
Fungsi utama TC I adalah absorbsi. Kira-kira 7/8 hasil filtrasi glomerulus berupa air dan Na. Glukosa, asam amino darah, dan protein akan diabsorbsi kembali oleh TC I. Fungsi lain adalah mengekskresi sisa-sisa metabolisme.
4. Ansa Henle
Ansa Henle adalah struktur berbentuk U yang terdiri atas dua bagian, yakni ruas tebal desenden yang strukturnya mirip TC I, ruas tipis desenden, ruas tipis asenden, dan ruas tebal asenden yang strukturnya mirip TC II.
5. Tubulus Kontortus distal (TC II)
Tubulus kontortus distal merupakan bagian terakhir dari nefron yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: pars recta, pars macula, dan pars convulata. Tubulus ini lebih pendek dari TC I dan lumennya lebih besar dari TC I. Sel-sel yang melapisi tubulus ini adalah sel kuboid selapis tanpa brush border dan kanalikuli. TC II memiliki banyak invaginasi membran lateral dan mitokondria yang terkait dengan fungsi transport ion. Pada TC II terjadi penyerapan kembali air/Na+, di mana fungsi ini dipengaruhi ADH dari pars posterior hipofisis. Pada tubulus distal yang kontak dengan korpuskulum renal terdapat modifikasi sel menjadi silindris dan intinya berhimpitan. Modifikasi tubulus distal tersebut disebut makula densa. Makula densa sensitif terhadap kandungan ion klorida dalam cairan tubulus, menghasilkan sinyal molekular yang menimbulkan konstriksi arteriol aferen glomerulus untuk mengatur kecepatan filtrasi glomerulus.
6. Tubulus dan Duktus Koligens
Tubulus kolektivus tidak termasuk bagian dari nefron. Tubulus ini saling berhgabung membentuk duktus koligens yang lebih besar dan lebih lurus disebut duktus papilaris Bellini. Duktus koligens merupakan komponen utama pemekatan urin, dimana fungsi ini dipengaruhi oleh ADH yang disekresi oleh pars posterior hipofise sebagai respon terhadap dehidrasi. Secara mikroskopis dengan pengecatan hematoksilin Eosin tampak sebagai saluran dengan lumen besar, sitoplasma ungu pucat atau violet. Sering terlihat dalam penampang memanjang. Sel-sel tubulus koligens berbentuk kuboid simpleks/kolumner simpleks dan pada duktus papilaris Bellini berbentuk kolumner.
C. Patologi Ginjal
Zat – zat kimia yang mempunyai sifat merusak ginjal ataupun yang bersifat toksik terhadap ginjal, pada umumnya mengenai daerah tubuler dan intestinum. Kelainan tersebut berupa nekrosis tubuler akut (NTA) nefrotoksik dan nefritis interstitial akibat obat (NIAO). Nekrosis tubuler akut (NTA) adalah kesatuan klinikopatologik yang secara morfologik ditandai dengan kerusakan sel epitel tubulus dan klinik dengan gangguan fungsi ginjal akut. Sel epitel tubulus sangat peka terhadap anoksia dan toksin. NTA nefrotoksik mempunyai gambaran kelainan histologik berupa nekrosis epitel tubulus yang meninggalkan membrana basalis tetap utuh. Nekrosis terutama terjadi pada tubulus proksimal. NTA nefrotoksik disebabkan oleh sejumlah racun, yang meliputi logam-logam berat seperti merkurium, pelarut oranik seperti CCl4, sejumlah obat seperti gentamicin, dan nefrotoksin endogen dan eksogen yang lain. Nefrotoksik endogen mencakup hemoglobin, mioglobin, dan protein Bence Jones. Ketiga nefrotoksik endogen tersebut memilki efek toksik langsung pada sel tubular ginjal.
Nefritis interstitial akibat obat (NIAO) terjadi karena efek pemakaian obat misalnya penisilin sintetik, seperti ampisilin dan metisilin, diuretika seperti tiazid, NSAID, dan obat-obat lain. Pada NIOA terdapat gambaran intersisium sembab, disertai sebukan sel mononuklear, terutama limfosit dan makrofag.
D. Hubungan Ginjal dan Rosella
Efek samping dari kelopak bunga rosella yang sudah diketahui hanya jantung berdebar dan belum pernah dilaporkan efek samping yang serius. Namun, menurut Peter Harwick, Native Rosella (Hibiscus heterophyllus) yang merupakan spesies lain dari rosella bisa menyebabkan kerusakan ginjal jika dikonsumsi.
Zat-zat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami proses farmokinetik berupa absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Proses ekskresi terutama lewat ginjal. Paparan obat-obatan, logam berat, hasil metabolisme yang berlebihan dan zat-zat lain berpotensial merusak ginjal. Penggunaan obat-obat diuretik mempunyai efek samping berupa nefritis interstitial. Kelopak bunga Rosella bersifat diuretik dan ternyata jika pemakaiannya berlebihan akan menimbulkan iritasi saluran kemih dan peningkatan eritrosit melebihi batas normal pada urinnya.
Kalsifikasi
Kerajaan: Plantae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : H. sabdariffa
Rosella (Hibiscus sabdariffa) merupakan anggota famili Malvaceae. Kelopak bunga rosella banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman. Masyarakat lebih sering menggunakan kelopak bunga rosella sebagai minuman yang diseduh. Secara tradisional, kelopak bunga rosella digunakan sebagai obat herbal antihipertensi, antikanker, diuretik, peluruh batu ginjal, antikolesterol, antibakteri, dan sebagainya. Rosella mengandung protein, vitamin, mineral, dan komponen bioaktif seperti asam organik, phytosterol, polyphenol, antosianin dan flavonoid.
B. GINJAL
Fisiologi GinjalGinjal merupakan alat tubuh yang strukturnya amat rumit dan berperan penting dalam pengelolaan berbagai faal utama tubuh.30 Fungsi ginjal dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Regulasi volume dan osmolalitas cairan tubuh
Bila tubuh kelebihan cairan maka terdapat rangsangan melalui karotis interna ke osmoreseptor di hipotalamus anterior. Rangsangan tersebut diteruskan ke kelenjar hipotalamus posterior sehingga produksi hormon anti diuretik (ADH) dikurangi dan akibatnya diuresis banyak.
2. Regulasi keseimbangan elektrolit
Untuk mempertahankan homeostasis, ekskresi air dan elektrolit seharusnya sesuai dengan asupan. Jika asupan melebihi ekskresi, umlah zat dalam tubuh meningkat. Jika asupan kurang dari ekskresi, jumlah zat dalam tubuh berkurang.
3. Regulasi keseimbangan asam basa
Ginjal turut mengatur asam-basa, bersama dengan sistem dapar paru dan cairan tubuh, dengan mengekskresi asam dan mengatur penyimpanan dapar cairan tubuh.
4. Ekskresi produk metabolit dan substansi asing
Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh, seperti urea (dari metabolisme asam amino), kreatinin (dari kreatin otot), asam urat (dari asam nukleat), produk akhir pemecahan hemoglobin (seperti bilirubin), dan metabolit dari berbagai hormon. Ginjal juga membuang banyak toksin dan zat asing lainnya yang diproduksi oleh tubuh atau pencernaan, seperti pestisida, obat-obatan dan makanan tambahan.
5. Fungsi endokrin
a. Partisipasi dalam eritropoiesis
Ginjal mengsekresi eritropoietin, yang merangsang pembentukan sel darah merah. Salah satu rangsangan yang penting untuk sekresi eritropoietin oleh ginjal ialah hipoksia.
b. Pengatur tekanan arteri
Ginjal berperan penting dalam mengatur tekanan arteri jangka panjang dengan mengekskresi sejumlah natrium dan air. Ginjal juga mengatur tekanan arteri jangka pendek dengan mengsekresi faktor atau zat vasoaktif, seperti renin yang menyebabkan pembentukan produk vasoaktif (misalnya angiotensin II).
6. Pengaturan produksi 1,25-dihidroksi vitamin D3
Ginjal menghasilkan bentuk aktif dari vitamin D, yaitu 1,25- dihidroksi vitamin D3.
7. Sintesa glukosa
Ginjal mengsintesis glukosa dari asam amino dan prekursor lainnya selama masa puasa yang panjang, proses ini disebut glukoneogenesis.
Fungsi utama ginjal adalah regulasi volume, osmolalitas, elektrolit, konsentrasi asam basa cairan tubuh dengan mengeksresikan air dan elektrolit dalam jumlah yang cukup untuk mencapai keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh total dan untuk mempertahankan konsentrasi normalnya dalam cairan ekstra selular. Dalam melaksanakan berbagai fungsi di atas, di dalam ginjal terdapat peristiwa filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi. Ginjal melasanakan fungsinya dengan mekanisme filtrasi plasma yang terjadi di sepanjang kapiler glomeulus, mekanisme reabsorbsi dan sekresi berbagai zat yang berlangsung di sepanjang tubulus. Mekanisme tersebut mengubah komposisi akhir dan volume urin secara drastis apabila dibandingkan dengan cairan yang masuk ke nefron melalui kapiler glomerulus. Ginjal menerima sekitar 20% hingga 25% dari curah jantung atau sekitar 1000 hingga 1200 ml/menit untuk difiltrasi. Semua elemen akan mengalami filtrasi, termasuk air, elektrolit, dan nonelektrolit, kecuali untuk sel darah merah dan sebagian besar protein. Transport ion dan molekul melalui peristiwa reabsorbsi dan sekresi di sepanjang tubulus melalui mekanisme transport aktif atau pasif. Molekul-molekul air bergerak secara osmosis jika terdapat gradien konsentrasi ion-ion atau molekul yang melewati membran semipermeabel. Sejumlah dua pertiga dari hasil filtrasi glomerulus diabsorbsi kembali oleh tubulus proksimal, dan hanya sekitar 1% yang diekskresikan ke dalam urin.
Anatomi GinjalGinjal adalah organ retroperitoneal yang terbentang pada bagian belakang dinding abdomen setinggi vertebra thorakal XII sampai vertebra lumbal III dan sebagian besar ditutupi tulang iga. Ginjal sebelah kanan terletak lebih rendah dari ginjal sebelah kiri, hal ini mungkin karenak letak ginjal kanan yang beraposisi dengan hepar.
Ginjal berbentuk mirip kacang (bean shape). Masing-masing ginjal memiliki berat 130-150 gram.34 Ukuran ginjal kurang lebih; panjang 10 cm, lebar 5 cm, dan ketebalan 2.5 cm. Pada orang hidup berwarna coklat kemerahan. Ginjal dikelilingi oleh capsula fibrosa yang melekat erat dengan kartex ginjal. Di luar capsula fibrosa terdapat jaringan lemak yang disebut lemak perirenal. Fascia renalis mengelilingi lemak perirenal dan meliputi ginjal dan kelenjar suprarenal. Di belakang fasia renalis biasanya terdapat banyak lemak dan dinamakan lemak pararenal. Margo lateral ginjal berbentuk konveks dan margo medialis berbentuk konkaf. Pada margo medial terdapat celah vertical yang disebut hillus renalis di mana arteri masuk, vena dan pelvis renalis meninggalkan ginjal. Hilus renalis juga merupakan sebuah pintu masuk ke suatu ruangan di dalam ginjal yang disebut sinus renalis.
Irisan memanjang ginjal terlihat gambaran makroskopik ginjal yang terdiri dari:
1. Kortex renis : terlihat agak pucat dan lunak serta konsistensinya granulair.
Terletak langsung dibawah kapsula renalis dan melingkungi basis piramis renalis. Bagian ini disebut Columna renalis Bertini. Kortex renis ditempati oleh korpuskuli renalis, tubuli kontorti, dan bagian permukaan dari tubuli kolektivi.
2. Medula renis : tersusun atas beberapa bangunan berbentuk piramid, disebut Pyramides renales.
Apeks piramis menghadap sinus renalis disebut papillae renales. Papila ini diterima oleh calyx minor. Beberapa calices minores bersatu menjadi satu calyx major. Beberapa calices majores bersatu menjadi bangunan seperti corong, disebut pelvis renalis. Pelvis renalis ini melanjut sebagai ureter. Medula renis ditempati oleh ansa henle dan tubuli kolektivus.
Ginjal mendapat vascularisasi dari arteri renalis yang dicabangkan oleh aorta abdominalis. Masing-masing renalis biasanya membelah menjadi segmentalis yang masuk ke hilus renalis, empat di depan pelvis dan satu di belakang pelvis renalis. Mereka tersebar ke berbagai segmen ginjal. Arteri segmentalis akan bercabang menjadi lobaris, satu untuk setiap piramid ginjal. Sebelum masuk substansia ginjal, alobaris mempercabangkan dua atau tiga interlobaris. Pada perbatasan korteks dan medula, interlobaris mempercabangkan arcuata yang melengkung sekitar basis piramid. Arteri arcuata mempercabangakn sejumlah interlobularis yang berjalan ke atas dalam korteks. Arteriol aferen glomerulus merupakan cabang-cabang interlobularis. Sedangkan pembuluh darah baliknya adalah vena renalis yang bermuara ke vena cava inferior. Persarafan ginjal berasal dari pleksus simpatikus renalis dan tersebar sepanjang cabang-cabang arteri vena renalis. Serabut aferen yang berjalan melalui plexus renalis masuk ke medula spinalis melalui n. thoracalis X, XI, dan XII. Sifat inervasinya ialah vasomotor untuk pembuluh-pembuluh darah. Pembuluh limfe mengukuti perjalanan renalis menuju nodi lymphaciti aortae lateral yang terdapat sekitar panhkal renalis.
Histologi GinjalGinjal manusia terdiri dari 6-8 lobus, sedangkan ginjal tikus dan kelinci hanya terdiri dari satu lobus. Substansi ginjal dibagi dalam korteks dan medula. Pada ginjal terdapat suatu pengertian yang disebut nephron yaitu satu kesatuan fungsi dan struktur ginjal. Setiap ginajl terdiri dari 1-4 juta nefron. Nefron terdiri dari dua komponen utama, yaitu corpusculum renalis malphigi dan tubulus renalis. Korpuskulum renalis malphigi terdiri dari glomerulus yang dibungkus oleh epitel berdinding ganda yang disebut kapsula bowman dan berperan dalam proses filtrasi plasma. Sedangkan tubulus renalis, tersusun atas tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal.
1. Glomerulus
Glomerulus terdiri atas anyaman-anyaman kapiler yang saling beranastomosis berbentuk seperti bola yang dibungkus oleh kapsula Bowman disebut corpusculum renalis malphigi. Glomerulus terdiri atas; (1) satu arteriol aferen dan eferen; (2) kapiler yang melingkar-lingkar dilapisi sel endotel (glomerular tuft); (3) permukaan luar kapiler yang dilapisi oleh sel epitel (podosit); (4) mesangium, terdiri atas sel mesangium dan matriks; (5) membrana basalis.
Setiap korpuskulum renalis mempunyai kutub vaskuler dan kutub renalis. Kutub vaskuler merupakan tempat arteriol aferen masuk dan arteriol eferen keluar, sedangkan kutub renalis merupakan tempat dimulainya tubulus kontortus proksimal.
Kapiler yang berada dalam lobulus gromeruli yang menggantung pada vascular pole akan diperkuat/disokong yang dapat disamakan dengan penggantung usus (mesenterium), penggantung disebut mesangium. Alat penggantung ini terdiri dari substantia intercelluler dan sel yang disebut mesangeal cell. Mesangeal cell berbentuk stelat mirip sel perisit dan dapat berkembang menjadi makrofag untuk memfagosit benda-benda asing yang berada di ruang antar kapiler.
Kapsula bowman terdiri atas sel-sel squamus simpleks terdiri dari dua pars, yakni pars viseralis, yaitu meliputi kapiler-kapiler glomerulus, dan pars parietalis yang membungkus glomerulus. Antara kapsula bowman pars viseralis dan pars parietalis terdapat ruangan bowman/ruangan kapsula (bowman’s space/capsular’s space). Membrana basalis, endotel kapiler, dan epitel glomerulus (capsula bowman pars visceralis) merupakan barier filtrasi dari glomerulus.
2. Aparatus juxta glomerular
Sel-sel di tunika media arteriol aferen di daerah vascular pole mengalami modifikasi, yaitu sel-sel otot polosnya tersusun seperti sel-sel epitel, intinya menjadi bulat, sitoplasmanya yang berisi miofibril menjadi granula. Pada penyelidikan diketahui bahwa granula dengan juxta glomerular sel adalah prekursor renin. Bila renin disekresi ke sirkulasi, renin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin II yang menaikkan tekanan darah. Granula terlihat jelas dengan pewarnaan PAS dan Bown´s netral stain yang telah dimodifikasi oleh Wilson dan Hartrofts.
3. Tubulus Kontortus Proksimal (TC I)
Tubulus kontortus proksimal merupakan saluran-saluran berkelok-kelok, dengan panjang kurang lebih 14 mm, dimana letaknya mendominasi pada korteks renal. Terdiri dari pars convulata dan pars recta. Epitel sel TC I adalah kuboid atau kolumnar selapis, batas sel tidak jelas,sitoplasma asidifilik, inti besar dan bulat, permukaan sel terdapat brush border. membrana basalis tercat jelas dengan pewarnaan PAS. Pada apikal sel, di antara mikrovili terdapat kanalikuli yang befungsi untuk menyerap makromolekul yang telah melalui saringan ginjal. Bagian basal sel memiliki invaginasi membran dan interdigitasi pada membran lateral. Membran baso-lateral ini merupakan tempat pompa natrium untuk proses transport aktif ion natrium keluar dari sel. Interdigitasi membran lateral tersebut menyebabkan batas sel TC I tidak jelas. Epitel tubulus kontortus proksimal dapat berbentuk epitel rendah bila filtrat meningkat dan berbentuk epitel tinggi apabila filtrat menurun.
Fungsi utama TC I adalah absorbsi. Kira-kira 7/8 hasil filtrasi glomerulus berupa air dan Na. Glukosa, asam amino darah, dan protein akan diabsorbsi kembali oleh TC I. Fungsi lain adalah mengekskresi sisa-sisa metabolisme.
4. Ansa Henle
Ansa Henle adalah struktur berbentuk U yang terdiri atas dua bagian, yakni ruas tebal desenden yang strukturnya mirip TC I, ruas tipis desenden, ruas tipis asenden, dan ruas tebal asenden yang strukturnya mirip TC II.
5. Tubulus Kontortus distal (TC II)
Tubulus kontortus distal merupakan bagian terakhir dari nefron yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: pars recta, pars macula, dan pars convulata. Tubulus ini lebih pendek dari TC I dan lumennya lebih besar dari TC I. Sel-sel yang melapisi tubulus ini adalah sel kuboid selapis tanpa brush border dan kanalikuli. TC II memiliki banyak invaginasi membran lateral dan mitokondria yang terkait dengan fungsi transport ion. Pada TC II terjadi penyerapan kembali air/Na+, di mana fungsi ini dipengaruhi ADH dari pars posterior hipofisis. Pada tubulus distal yang kontak dengan korpuskulum renal terdapat modifikasi sel menjadi silindris dan intinya berhimpitan. Modifikasi tubulus distal tersebut disebut makula densa. Makula densa sensitif terhadap kandungan ion klorida dalam cairan tubulus, menghasilkan sinyal molekular yang menimbulkan konstriksi arteriol aferen glomerulus untuk mengatur kecepatan filtrasi glomerulus.
6. Tubulus dan Duktus Koligens
Tubulus kolektivus tidak termasuk bagian dari nefron. Tubulus ini saling berhgabung membentuk duktus koligens yang lebih besar dan lebih lurus disebut duktus papilaris Bellini. Duktus koligens merupakan komponen utama pemekatan urin, dimana fungsi ini dipengaruhi oleh ADH yang disekresi oleh pars posterior hipofise sebagai respon terhadap dehidrasi. Secara mikroskopis dengan pengecatan hematoksilin Eosin tampak sebagai saluran dengan lumen besar, sitoplasma ungu pucat atau violet. Sering terlihat dalam penampang memanjang. Sel-sel tubulus koligens berbentuk kuboid simpleks/kolumner simpleks dan pada duktus papilaris Bellini berbentuk kolumner.
C. Patologi Ginjal
Zat – zat kimia yang mempunyai sifat merusak ginjal ataupun yang bersifat toksik terhadap ginjal, pada umumnya mengenai daerah tubuler dan intestinum. Kelainan tersebut berupa nekrosis tubuler akut (NTA) nefrotoksik dan nefritis interstitial akibat obat (NIAO). Nekrosis tubuler akut (NTA) adalah kesatuan klinikopatologik yang secara morfologik ditandai dengan kerusakan sel epitel tubulus dan klinik dengan gangguan fungsi ginjal akut. Sel epitel tubulus sangat peka terhadap anoksia dan toksin. NTA nefrotoksik mempunyai gambaran kelainan histologik berupa nekrosis epitel tubulus yang meninggalkan membrana basalis tetap utuh. Nekrosis terutama terjadi pada tubulus proksimal. NTA nefrotoksik disebabkan oleh sejumlah racun, yang meliputi logam-logam berat seperti merkurium, pelarut oranik seperti CCl4, sejumlah obat seperti gentamicin, dan nefrotoksin endogen dan eksogen yang lain. Nefrotoksik endogen mencakup hemoglobin, mioglobin, dan protein Bence Jones. Ketiga nefrotoksik endogen tersebut memilki efek toksik langsung pada sel tubular ginjal.
Nefritis interstitial akibat obat (NIAO) terjadi karena efek pemakaian obat misalnya penisilin sintetik, seperti ampisilin dan metisilin, diuretika seperti tiazid, NSAID, dan obat-obat lain. Pada NIOA terdapat gambaran intersisium sembab, disertai sebukan sel mononuklear, terutama limfosit dan makrofag.
D. Hubungan Ginjal dan Rosella
Efek samping dari kelopak bunga rosella yang sudah diketahui hanya jantung berdebar dan belum pernah dilaporkan efek samping yang serius. Namun, menurut Peter Harwick, Native Rosella (Hibiscus heterophyllus) yang merupakan spesies lain dari rosella bisa menyebabkan kerusakan ginjal jika dikonsumsi.
Zat-zat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami proses farmokinetik berupa absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Proses ekskresi terutama lewat ginjal. Paparan obat-obatan, logam berat, hasil metabolisme yang berlebihan dan zat-zat lain berpotensial merusak ginjal. Penggunaan obat-obat diuretik mempunyai efek samping berupa nefritis interstitial. Kelopak bunga Rosella bersifat diuretik dan ternyata jika pemakaiannya berlebihan akan menimbulkan iritasi saluran kemih dan peningkatan eritrosit melebihi batas normal pada urinnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental.
B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) yang terdiri dari 4 kelompok perlakuan.
K0 : Kelompok yang diberi pakan standar (kontrol)
K1: Kelompok perlakuan diberi pakan standard dan seduhan kelopak bunga rosella dengan dosis 30 mg.
K2: Kelompok perlakuan diberi pakan standard dan seduhan kelopak bunga rosella dengan dosis 60 mg.
K3: Kelompok perlakuan diberi pakan standard dan seduhan kelopak bunga rosella dengan dosis 90 mg.
C. Variabel Penelitian
Variabel bebas : dosis pemberian seduhan kelopak bunga rosella
Variabel kontrol : pakan standar
Variabel terikat : struktur histologik ginjal kelinci
D. Populasi dan Sampel
Populasi: kelinci jantan sehat yang berumur 2-3 bulan dan tidak mengalami cacat anatomi.
Sampel: 20 ekor kelinci sehat yang berumur 2-3 bulan dan tidak mengalami cacat anatomi yang dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor kelinci.
E. Alat dan Bahan Penelitian
• Alat
a) Gelas penutup
b) Gelas benda
c) Mikroskop
d) Kamera
• Bahan
a) kelinci percobaan 12 ekor
b) Pakan standar
c) Seduhan kelopak bunga rosella
d) Buffer formalin 10 %
e) Pewarna HE
F. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer hasil pengamatan mikroskopis. Data yang diperoleh dari 4 kelompok sampel diolah dengan program computer SPSS 15.0. Data tersebut diuji normalitasnya dengan uji Shapiro Wilk. Uji normalitas didapatkan distribusi data normal, lalu dilanjutkan dengan uji ANOVA dan uji Post Hoc.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer hasil pengamatan mikroskopis. Data yang diperoleh dari 4 kelompok sampel diolah dengan program computer SPSS 15.0. Data tersebut diuji normalitasnya dengan uji Shapiro Wilk. Uji normalitas didapatkan distribusi data normal, lalu dilanjutkan dengan uji ANOVA dan uji Post Hoc.
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya I, Miranti IP. 2005. Patologi Ginjal & Saluran Kemih. 3rd ed. Semarang: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Gerhastuti, Bekti Ciptaning. 2009. Pengaruh Pemberian Kopi Dosis Bertingkat Per oral Selama 30 Hari Terhadap Gambaran Histologi Ginjal Tikus Wistar. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/14227/1/Bekti_Ciptaningf_G.pdf
Anonim. Rosella. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Rosela.jpg&filetimestamp=20100529022345 pada Rabu, 23 Mei 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar