Kamis, 13 Juni 2013


Sel from annisahlh
KEGIATAN 3
MENGUKUR TEKANAN DARAH SISTOLE DAN DIASTOLE
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Tekanan darah sisitole maupun diastole merupakan salah satu indikator parameter fungsi fisiologis terutama untuk manusia. Tekanan darah dapat diukur secara langsung dengan menempatkan alat pengukur pada pembuluh arteri. Pada manusia pengukuran tekanan darah sistole dan diastole dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan sabuk tekan dan sphygmomanometer.

B.    TUJUAN PRAKTIKUM
B.1. Tujuan Kegiatan
    1. Mengukur tekanan darah sistole dan diastole.
B.2. kompetensi Khusus
    1. Dapat melakukan pengukuran tekanan darah sistole dan diastole.
    2. dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah sistole   dan diastole.

C.    DASAR TEORI
Tekanan darah adalah tekanan dari darah terhadp dinding pembuluh darah. Tekanan darah tergantung pada volume darah dalam pembuluh darah dan seberapa mudah pembuluh darah dapat meregang.
Pada saat ventrikel berkontraksi (selama periode sistol), sejumlah darah (volume sekuncup) masuk ke dalam arteri dari ventrikel, sementara itu pada saat yang sama hanya 1/3 volume darah dalam arteri meninggalkan arteri masuk ke arteriol-arteriol. Pada saat ventrikel relaksasi (selama periode diastol), tidaka ada darah yang masuk ke dalam arteri, sementara itu darah masih terus meninggalkan arteri akibat daya elastisitas dinding arteri. Akibatnya tekanan darah dalam arteri akan turun. Tekanan darah maksimum pada arteri pada saat darah dipancarkan ke dalamnya selama periode sistol ventrikel disebut tekanan sistol. Pada manusia tekanan sistol tersebut besarnya berkisar 120 mmHg. Tekanan darah minimum dalam arteri selama periode diastol ventrikel disebut tekanan diastol, yang besarnya pada manusia berkisar 80 mmHg. Tekanan dalam arteri tidak pernah mencapai 0 mmHg sebab kontraksi ventrikel berikutnya akan mengisi lagi arteri dengan darah sebelum semua darah meninggalkan arteri. Umumnya tekanan darah ditentukan oleh: (a) tahana perifer, (b) tekanan jantung, (c) volume darah.
Akibat kontraksi jantung yang terus menerus dan ritmis dalam rangka mensuplai kebutuhan zat-zat yang diperlukan oleh jaringman tubuh, maka timbul tekanan dorongan ke seluruh pembuluh darah terutama arteri. Selain itu, pengaliran darah ke jaringan melalui kapiler diatur oleh otot polos (sphincter) yang terdapat pada arteriole. Apabila jumlah darah yang dipompa oleh jatnung dan yang mengalir ke seluruh jaringan tubuh lewt arteriole, maka tekanan darah di arteri stabil. Akan tetapi jika jumlah darah yang dipompa jantung lebih banyak daripada yang keluar lewat arteriole, maka timbul masalah peningkatan tekanan darah (hipertensi).
Jantung diinervasi (disarafi) oleh saraf otonom yang terdiri atas saraf simpatis dan parasimpatis. Simpatis berperan meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung, sedangkan parasimpatis berperan sebaliknya. Dengan demikian rangsangan saraf simpatis akan berakibat meningkatnya tekanan darah dan sebaliknya rangsangan saraf parasimpatis akan menurunkan tekanan darah.
Vaskuler (pembuluh darah) dapat dikategorikan berdasarkan ukurannya sebagai berikut: aorta, arteri, arteriola, kapiler, venula, vena, dan vena cava. Struktur artteri (vena) tersusun atas lapisan endothel, otot polos dan jaringan ikat. Struktur arteriola (venula) tersusun atas lapisan endothel dan otot polos. Struktur kapiler tersusun atas lapisan endothel. Hubungan antara arteriola dan venula disebut anastosome arteriovenula (pembuluh darah shunt). Arteriola sebagai pembuluh darah resistan berfungsi mengatur aliran darah dari arteri ke kapiler. Pertukaran zat-zat yang terlarut dalam cairan darah ke jaringan tubuh dan sebaliknya terjadi melalui kapiler. Keistimewaan pembuluh vena adalah adanya katup-katup terutama pada vena di daerah ekstremitas (anggota badan) yang terdiri atas lapisan semilunaris yang menonjol ke dalam lumen. 

D.    METODE PRAKTIKUM
D.1. Jenis kegiatan: Eksperimen
D.2. Obyek pengamatan: Tekanan darah arteri
D.3. Alat dan Bahan
•    Alat
1.    Tensimeter dengan sabuk tekannya
2.    Stetoskop
•    Bahan
1.    Pergelangan tangan praktikan

D.4. Cara Kerja
1. Melilitkan sabuk tekan yangtelah dilengkapi dengan pompa dan sphygmomanometer (tensimeter) pada lengan atas tepatnya di atas sendi siku.
2. Meletakkan kepala stetoskop di bawah sabuk tekan tepat di atas arteri radialis selanjutnya mendengarkan suara denyut jantung.
3. Memompa sampai sabuk tekan menekan lengan dan suara jantung tidak terdengar lagi
4. Mengendorkan sekrup pengatur pada pompa sedemikian rupa sehingga udara keluar (nggembos) dan memantau suara jantung dengan seksama.
5. Apabila suara jantung terdengar (koroskof), hal itu menunjukkan tekanan sistole.
6. Meneruskan penggembosan dan memonitor terus suara jantung sampai tak terdengar lagi, hal itu menunjukkan takanan diastole.
7. Melakukan pengukuran ini beberapa kali dengan posisi yang berbeda, misalnya dengan duduk  dan berbaring. Pada keadaan biasa dan keadaan segera setelah melakukan aktivitas


E.    HASIL PENGAMATAN
Laki-laki

No
KelompokNamaUmurTekanan Sistole/Diastole
Sebelum kegiatanSetelah Kegiatan
1.2Arif 20100/65110/80
2.2Prajawan19118/70135/70
3.3Udin18130/70140/70
4.4Wisnu19120/70-
5.4Agus17110/70110/60
6.5Bendrata19116/82114/82
7.5Galay21118/80120/80
Total (Σ)812/507729/442
Rata-rata116/72,43121,5/73,67
Standar Deviasi (SD)9,24/6,1613,02/8,52

perempuan

NoKelompokNamaUmurTekanan Sistole/Diastole
Sebelum kegiatanSetelah Kegiatan
1.1Alfiah2290/60100/70
2.1Yuniarti20100/50100/60
3.1Mala20100/60110/90
4.1Nurdiyah19110/70110/70
5.1Asri20100/70110/80
6.1Sicilia20100/60100/70
7.1Dara20110/70110/60
8.2Dwi19100/70110/80
9.2Susanti20100/60110/70
10.2Harini21100/80110/90
11.2Ika2090/70100/90
12.2Anisyah20100/70120/90
13.2Anisah1990/70100/70
14.2Rosiana20120/90120/90
15.2Wulan100/70110/80
16.3Mekar19100/60120/70
17.3Prima20100/80120/70
18.3Ningsih19100/60120/60
19.3Anjas18100/70110/60
20.3Nazula20110/60120/70
21.4Iffa20110/70-
22.4Dini20120/70-
23.4Mita19120/70-
24.4Izza18115/70-
25.4Ecti20120/70-
26.5Imas18100/8090/62
27.5Bestra20115/7292/58
28.5Erlita19100/74100/70
29.5Putri19110/60110/60
30.5Ria20110/6094/60
Total (Σ)3140/20462597/1800
Rata-rata104,6667/68,2103,88/72
Standar Deviasi (SD)8,89918/8,14269321,45212/11,19524
 F.    PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang mengukur tekanan darah systole dan diastole. Alat yang digunakan berupa tensimeter (sphygmomanometer) dan stetoskop. Pertama-tama  yang dilakukan adalah melilitkan sabuk tekan tensimeter pada lengan sebelah kanan. Kemudian meletakkan kepala stetoskop di bawah Sabuk tekan tepat di atas arteri radialis. Sabuk tekan tersebut terhubung dengan pompa udara yang berfungsi memompa sabuk agar menggelembung dan menghambat mengalirnya darah ke lengan. Sedangkan stetoskop digunakan untuk mendengarkan bunyi systole dan diastole. Sebelum dipompa, harus dipastikan terlebih dahulu sekrup pengatur telah tertutup rapat. Ketika sabuk dipompa, bersamaan dengan itu air raksa yang terdapat dalam tensimeter naik. Dan air raksa tersebut yang nantinya akan menunjukkan besar tekanan sistole dan diastole.
Sabuk tekan dipompa sampai menekan lengan dan suara detak jantung tidak terdengar lagi. Setelah itu sedikit demi sedikit sekrup pengatur dikendorkan sedemikian rupa sehingga udara keluar (nggembos).  Pada saat udara keluar, maka akan tedengar bunyi detak jantung pertama kali yang menunjukkan tekanan systole. Penggembosan udara tetap dilanjutkan sampai bunyi detak jantung menghilang. Ketika bunyi detak jantung sudah tidak terdengar lagi maka saat itu merupakan tekanan diastole.
Berdasarkan teori, tekanan darah merupakan tekanan dari darah terhadap dinding pembuluh darah. Tekanan darah tergantung pada volume darah dalam pembuluh darah, dan seberapa mudah pembuluh darah dapat meregang. Pada saat ventrikel berkontraksi (selama periode systole), sejumlah darah (volume sekuncup) masuk ke dalam arteri dari ventrikel, sementara itu pada saat yang sama 1/3 volume darah dalam arteri meninggalkan arteri masuk ke arteriol-arteriol. Pada saat ventrikel relaksasi (selama periode diastole), tidak ada darah yang masuk ke dalam arteri, sementara itu darah masih terus meninggalkan arteri akibat daya elastisitas dinding arteri. Akibatnya tekanan darah dalam arteri akan turun. Tekanan darah maksimum pada arteri pada saat darah dipancarkan ke dalamnya selama periode sistote ventrikel, disebut tekanan systole. Pada manusia tekanan systole tersebut besarnya bekisar 120 mmHg. Tekanan darah minimum dalam arteri selama periode diastole ventrikel disebut tekanan diastole, yang besarnya pada manusia berkisar 80 mmHg. 
Pada praktikum tekanan systole dan diastole dilakukan 2 kali. Pertama, sabelum melakukan aktivitas dan yang kedua setelah melakukan aktivitas, misalnya lari-lari atau naik turun tangga. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui rata-rata tekanan sistole dan diastole untuk laki-laki sebelum kegiatan 116/72 mmHg dan sesudah kegiatan 122/74 mmHg sedangkan rata-rata tekan sistole dan diastole untuk perempuan 105/68 sebelum kegiatan dan 108/72 sesudah kegiatan. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan tekanan sistol dan diastol setelah melakukan aktivitas karena tubuh memerlukan zat-zat makanan untuk menghasilkan energi ATP yang lebih banyak sebagai konsekuensi dari tubuh melakukan aktivitas. Sehingga dengan adanya peningkatan tekanan darah sistole diastole maka darah yang dialirkan ke seluruh tubuh menjadi lebih banyak.
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tekanan sistole diastole secra nyata antara sebelum kegiatan dan sebelum kegiatan dapat dilakukan analisis lebih lanjut terkait pengaruh aktivitas terhadap tekanan darah sistole diastole seseorang. Dengan catatan dalam menganalisis praktikan hasil pengamatan antara tekanan sistole sebelum dan sesudah kegiatan dipisah dengan tekanan diastole sebelum dan sesudah kegiatan agar lebih mudah. Selain itu, data yang dianalasis hanya tekanan sistole diastole yang ada sebelum dan sesudah kegiatan.
Hasil analisis untuk tekanan systole dan diastole sebelum dan sesudah kegiatan dapat digambarkan sebagai berikut:
o    Tekanan sistole sebelum dan sesudah kegiatan
Paired DifferencestdfSig. (2-tailed)
MeanStd. DeviationStd. Error Mean95% Confidence Interval of the Difference
LowerUpper
Pair 1Sebelum - Sesudah-5,741910,099401,81391-9,4464-2,0374-3,16630,004
Antara tekanan sistole sebelum dan sesudah kegiatan memilki nilai signifikansi sebesar 0,004. Nilai signifikansi tersebut kurang dari 0,05. Artinya terdapat perbedaan secara nyata atau signifikan antara tekanan sistole diastole sebelum dan sesudah kegiatan.
Sedangkan untuk tekanan diastole sebelum dan sesudah kegiatan hasil analisisnya sebagai berikut.
 
Paired DifferencestdfSig. (2-tailed)
MeanStd. DeviationStd. Error Mean95% Confidence Interval of the Difference
LowerUpper
Pair 1Sebelum – Sesudah-2,966713,257362,42045-7,91701,9837-1,22629,230
Antara tekanan diastole sebelum dan sesudah kegiatan nilai signifikansinya sebesar 0,230. Nilai signikansi tersebut lebih dari 0,05. Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan secara nyata tekanan sistole diastole sebelum dan sesudah kegiatan.Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah sistole dan diastole yaitu:
1. Aktivitas
Aktivitas akan meningkatkan tekanan darah sistole diastole sebagai adaptasi tubuh terhadap peningkatan aktivitas yang membutuhkan energi lebih banyak.
2. Usia
Semakin tua usia seseorang maka semakin tinggi tekanan darah sistole diastole.
3. Emosi
Semakin tinggi emosi seseorang maka tekanan sistole diastole akan meningkat karena energi yang diperlukan untuk emosi besar.

G.    KESIMPULAN
1. Tekanan darah sistole diastole dapat diukur dengan sphygmomanometer (tenzimeter). Caranya dengan melilitkan sabuk tekan yang dilengkapi pompa pada lengan atas di atas lekukan siku kemudian meletakkan stetoskop pada bawah sabuk tekan selanjutnya mendengarkan suara denyut jantung. Suara jantung yang terdengar menunjukkan tekanan sistole sedangkan suara jantung yang tidak terdengar lagi menunjukkan tekanan darah diastole.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah sistole dan diastole yaitu aktivitas, usia dan emosi.


                                                                   DAFTAR PUSTAKA
Nurcahyo, Heru. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY.
Soewolo, M.Pd. 2000. Pengantar Fisiolgi Hewan. Jakarta: Proyek PGSM Depdiknas.

laporan fisiologi hewan

                         MENGUKUR FREKUENSI RESPIRASI DAN UDARA RESPIRASI

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Frekuensi, volume dan kapasitas udara respirasi merupakan salah satu indikator parameter fungsi fisiologis paru-paru hewan maupun manusia. Pada kondisi tertentu frekuensi, volume dan kapasitas udara respiras mengalami penurunan atau sebaliknya peningkatan.

B.    TUJUAN PRAKTIKUM
A.1 Tujuan Kegiatan
1.     Mengukur frekuensi, volume dan kapasitas udara respirasi
2.     Mengamati adanya partikel air dalam udara pernafasan
A.2 Kompetensi khusus
1.     Mahasiswa dapat melakukan pengukuran frekuensi respirasi.
2.     Mahasiswa dapat melakukan pengukuran volume dan kapasitas udara respirasi.
3. Mahasiswa dapat mengamati adanya partikel air dalam udara pernafasan.

C.    DASAR TEORI
Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hydrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri melangsungkan proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) dihilangkan.
Respirasi pada hewan dapat dibedakan menjadi tiga tahapan yaitu : respirasi luar, transport gas respirasi, pertukaran gas pada jaringan.
Respirasi luar merupakan pertukaran gas dari atmosfer ke paru-paru dan sebaliknya. Masuknya udara dari atmosfer keparu-paru disebut inspirasi dan proses sebaliknya disebut ekspirasi. Perpindahan gas dari suatu tempat ke tempat lain dapat terjadi jika ada perbedaan tekanan udara. Pada inspirasi otot diagfragma kontraksi (menjadi datar), demikian juga otot intercostalis sehingga mengangkat tulang rusuk akibatnya volume rongga dada semakin membesar dan tekanan udaranya turun. Penurunan tekanan rongga dada yakni lebih rendah 1 atm dibanding tekanan udara luar keparu-paru. Setelah berkontraksi maka otot diafragma dan intercostalis akan relaksasi sehingga posisi tulang rusuk dan diafragma akan kembali seperti semula, akibatnya volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat dengan demikian udara akan keluar dari paru-paru ke atmosfer atau disebut dengan ekspirasi. Perpindahan gas O2 dari alveoli ke kapiler alveoli melewati membran respirasi yang terjadi secara difusi.  Oleh karena itu proses tersebut tergantung pada :
•    Tekanan parsiil gas, permeabilitas ephitel (membran respirasi).
•    Luas permukaan membran respirasi.
•    Kecepatan sirkulasi darah dikapiler paru-paru
(Heru, Nurcahyo. 2012: 61)
banyaknya udara yang keluar masuk paru-paru pada pernafasan normal dapat diukur dengan spirometer dan hasil pengukuran dari keenam praktikan yaitu:
1. Volume udara tidal adalah volume udara yang keluar masuk paru-paru dalam satu kali respirasi (ekspirasi atau inspirasi). Volume pada laki-laki 500 ml sedangkan pada wanita 380 ml.
2. Kapasitas ekspirasi adalah banyaknya udara yang dapat dihirup pada ekspirasi maksimal. Kapasitas ekspirasi normal pada laki-laki rata-rata 1955 ml dan pada wanita rata-rata 2630 ml.
3. Kapasitas inspirasi adalah banyaknya udara yang dapat dihirup pada inspirasi maksimal, volumenya pada laki-laki 3800 ml, pada wanita 2400 ml.
4.   Kapasitas vital adalah banyaknya udara yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah ambil nafas sedalam-dalamnya.
5.  Cadangan ekspirasi adalah banyaknya udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi normal, volumenya pada laki-laki 1000 ml, pada wanita 700 ml. Cadangan ekspirasi dapat dihitung dari kapasitas ekspirasi dikurangi ekspirasi normal.
6.  Cadangan inspirasi adalah banyaknya udara yang dapat dihirup setelah inspirasi normal. Cadangan inspirasi dapat dihitung dari kapasitas inspirasi dikurangi inspirasi normal. (Heru, Nurcahyo. 2012: 62)

D.    METODE PRAKTIKUM
D.1. jenis kegiatan: pengamatan (observasi)
D.2. Obyek pengamatan: udara pernafasan probandus
D.3. Alat dan Bahan
•    Alat
1.    1 unit spirometer
2.    Kertas tissue
3.    Stopwatch
4.    Kimograf
•    Bahan
1.    Udara pernafasan probandus
Meletakkan kertas tissue pada lubang hidung berdasarkan udara yang keluar masuk hidung dan menghitung berapa kali kertas tissue bergerak keluar  selama 1 menit

2.    Mengukur kapasitas inspirasi
a. Menghubungkan hidung dengan mulut pada nose piece dari spirometer kemudian bernafas biasa untuk mengetahui volume udara tidal.
b. Mengukur kapasitas inspirasi, dengan cara menghirup udara sedalam-dalamnya. 

3.    Mengukur kapasitas ekspirasi
a. Menghubungkan hidung dengan mulut pada nose piece dari spirometer kemudian bernafas biasa untuk mengetahui volume udara tidal.
b. Mengukur kapasitas ekspirasi, dengan cara mengeluarkan udara sekuat-kuatnya.

4.    Mengukur volume cadangan respirasi
a. Menghitung cadangan respires dari kapasitas ekspirasi dikurangi ekspirasi normal.
b. Volume pada laki-laki 1000 ml, dan pada perempuan 700 ml.

5.    Mengukur kapasitas vital
a. Menghubungkan hidung dengan mulut pada nose piece dari spirometer.
b. Mengambil nafas sedalam-dalamnya, setelah itu dikeluarkan semaksimal mungkin.
c. Untuk mengetahui kapasitas vital melihat pada grafik kimograf.

E.    HASIL PENGAMATAN

laki-laki

No.NamaVolume tidal (ml)Volume cadangan ekspirasi (ml)Volume cadangan inspirasi (ml)Kapasitas respirasi (ml)Frekuensi respirasi (menit)
1Indra Dhanu240480630159034
2Arif budiman180300240162026
3Muhammad Saifudin2708101830354017
4Prajawan Kusuma3608101350216027
5Wisnu Satriawi51096060279020
6Agus Frasetyo57015901920300015
7Bendrata Wardhana720930290189017
8Galay Widhi A8101020720216016
9Akbar Edo33021001410279015
Rata-rata443,33331000938,88892393,33320,77778
Standar Deviasi221,3594547,4486704,7064671,11856,704062
Max 81021001920354034
Min 18030060159015

No.NamaVolume tidal
(ml)Volume cadangan
ekspirasi (ml)Volume cadangan
inspirasi (ml)Kapasitas
respirasi (ml)Frekuensi respirasi
(menit)
1Meita Wulan Sari270720330144024
2Alfiah Nurul Wahidah33039033090033
3Asri hidayati360420270111020
4Sicilia Artya P330630180141031
5Nurdiyah Ika N390450120138020
6Yuniarti24027030072038
7Dara Utami240480360138021
9Dwi sugianti24028027099023
10Susanti240600510111025
11Harini Asri Bahari390620540105026
12Ika febriana300510390111026
14Anisyah27039030075027
15Annisah L.H150600540120027
16Rosiana nur I15033021072024
17Rumekar Tri Astuti330270780252020
18Prima Siti N12021033099021
19Sri Sugiyantiningsih240300660151023
20Fitriana Anjas240180420126024
21Nazula Rahma210180420120023
22Asmarachma Mita270750210180021
23Ecti Valindry15063018090025
24Ardhiana Iffah270990270132016
25Dini Asri1501110180159021
26Azizah Nafi'270420210156021
27Imas Ifrian3309601020210014
28Bestra Aprilia3001050720153018
29Erlita Kartika P540390450132020
30Ria Fitriani390480270138025
31Putri Komalaninggar420450570177022
32Nastiti360650810150014
33Suciningtyas510720240195016
34Reva510600330108017
35Wulandari48058015057018
36Mila Karima480100180102019
Rata-rata307,9412520,8824383,82351298,23522,44118
Standar Deviasi112,0817252,555214,5328415,66655,112025
Max 54011101020252038
Min 12010012057014

F.    PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang mengukur frekuensi respirasi dan udara respirasi.
    Frekuensi respirasi
Kegiatan praktikum yang pertama yaitu penghitungan frekuensi respirasi. Frekuensi dihitung berdasarkan udara yang keluar masuk hidung. Caranya adalah pada lubang hidung diletakkan kertas tissu sehingga terasa udara yang keluar masuk hidung, dengan menghitung berapa kali kertas tissu bergerak keluar selama satu menit.
Berdasarkan teori, nilai kecepatan frekuensi respirasi normal pada manusia setiap menitnya yaitu:
    Bayi baru lahir           : 30-40
    Dua belas bulan          : 30
    Dari dua - lima tahun : 24
    Orang dewasa             : 10-20
Hasil frekuensi respirasi dari praktikan laki-laki yang ada di kelas ini berkisar antara 15-34 kali permenit denagn frekuensi rata-rata sekitar 20 kali permenit dan standar deviasi sebesar 6,70, sedangkan pada praktikan perempuan yang ada di kelas ini berkisar mulai dari 14-38 kali permenit dengan frekuensi rata-rata sekitar 22 kali permenit dan satndar deviasi sekitar 5,11. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata frekuensi baik pada praktikan laki-laki maupun perempuan masih berada pada nilai frekuensi respirasi normal dalam setiap menitnya. 
Adanya frekuensi yang berbeda-beda bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya yaitu:
1. Umur
Semakin bertambah umur seseorang maka semakin rendah frekuensi nafasnya.
2. Jenis kelamin
Pada umumnya laki-laki lebih banyak bergerak sehingga frekuensi nafas yang dibutuhkan juga lebih banyak dibanding wanita.
3. Suhu tubuh
Semakin tinggi suhu tubuh, maka semakin cepat frekuensi pernafasannya. Hal ini terkait dengan peningkatan proses metabolisme tubuh.
4. Posisi tubuh
Pada posisi tubuh berdiri frekuensi pernafasannya meningkat karena pada tubuh yang berdiri, otot kaki akan berkontraksi sehingga diperlukan tenaga untuk menjaga tubuh tetap tegak berdiri sehingga diperlukan banyak O2 dan diproduksi banyak CO2. Pada posisi duduk atau tiduran frekuensi pernafasan rendah.

    Pengukuran volume dan kapasitas udara respirasi
Pada kegiatan praktikum selanjutnya yaitu pengukuran volume dan kapasitas udara respirasi. Pada kegiatan ini, banyaknya udara yang keluar masuk paru-paru pada pernafasan normal dapat diukur dengan spirometer dan hasil pengukuran dari semua praktikan dalam kelas ini yaitu:
1. Volume udara tidal (udara pernafasan)
Volume udara tidal adalah volume udara yang keluar masuk paru-paru (inspirasi-ekspirasi) pada pernafasan biasa. Berdasarkan teori, besar volume tidal sekitar 500 ml. Dari hasil praktikum ini didapat hasil pada praktikan laki-laki volume tidal sekitar 180-810 ml dengan rata-rata sekitar 443 ml dan pada praktikan wanita volume tidalnya sekitar 120-540 ml dengan rata-rata sekitar 307 ml.
2. Volume cadangan ekspirasi (udara cadangan)
Volume cadangan ekspirasi adalah banyaknya volume udara yang masih dapat dikeluarkan setelah ekspirasi normal, volumenya pada laki-laki 1000 ml, pada wanita 700 ml. Untuk mengetahuinya bisa dilakukan dengan cara menghirup udara secara biasa (normal) lalu menghembuskan dengan kuat. Dari hasil praktikum diperoleh rata-rata yang sesuai dengan teori yaitu sebesar 1000 ml untuk praktikan laki-laki, sedangkan pada praktikan perempuan diperoleh hasil sekitar 520 ml.
3. Volume cadangan inspirasi (udara komplemen)
Volume cadangan inspirasi merupakan volume udara tambahan yang masih dapat dihirup secara maksimal setelah inspirasi biasa. Hal ini terjadi apabila diafragma, otot-otot antar iga, dan otot-otot inspiratori tambahan berkontraksi maksimal. Untuk mengetahuinya bisa dilakukan dengan cara menghirup udara dalam-dalam lalu mengeluarkannya secara biasa. Volumenya rata-rata 3000 ml. Dari hasil praktikum diperoleh rata-rata 938 ml untuk praktikan laki-laki dengan volume terbesar 1920 ml dan volume terkecil 60 ml. Sedangkan pada praktikan perempuan diperoleh hasil sekitar 383 ml dengan volume terbesar 1020 ml dan volume terkecil 120 ml.
4. Kapasitas respirasi (kapasitas vital)
Kapasitas adalah volume udara maksimum yang dapat dimasukkan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui ekspirasi dan inspirasi maksimal.
Kapasitas respirasi = volume tidal + udara komplemen + udara cadangan. Besarnya rata-rata 4500. Dari hasil praktikum diperoleh rata-rata sekitar 1298 ml untuk praktikan laki-laki dengan volume terbesar 2520 ml dan volume terkecil 570 ml. Sedangkan pada praktikan perempuan diperoleh hasil sekitar  2393 ml dengan volume terbesar 3540 ml dan volume terkecil 1590 ml.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan volume dan kapasitas udara di antaranya:
1. Berat badan
Semakin berat maka semakin banyak pula udara yang dihisap  maupun dikeluarkan. Otomatis semakin banyak udara yang tertampung.
2. Umur
Semakin tua umur seseorang maka semakin kuat dalam menampung udara, tetapi  masih ditentukan lagi oleh berat badan.
3. Aktifitas
Seseorang akan menghirup udara lebih banyak jika kita melakukan suatu aktifitas, misalnya lari karena dengan berlari kita membutuhkan banyak  oksigen yang kita hisap.
4. Kesehatan tubuh
Factor kesehatan juga berperan penting dalam kapasitas. Jika kita misalnya sudah pernah terkena penyakit paru-paru tentunya kapasitas udara di paru-paru juga berkurang.
5. Gerakan badan yang kuat yang memakai banyak oksigen dalam otot untuk memberikan energi yang diperlukan untuk pekerjaan akan menimbulkan kenaikan pada jumlah karbon dioksida di dalam darah dan akibatnya terjadi pembesaran ventilasi paru-paru.
6. Emosi, rasa sakit dan takut bisa menyebabkan impuls yang merangsang pusat pernapasan dan menimbulkan penghirupan udara secara kuat, hal yang kita ketahui semua.
7. Impuls aferen dari kulit menghasilkan serupa - bila badan dicelup dalam air dingin atau menerima guyuran air dingin, maka penarikan nafas secara kuat akan dilakukan.
8. Pengendalian secara sadar atas gerakan pernapasan mungkin, tetapi tidak dapat dijalankan lama, oleh sebab gerakannya adalah otomatik. Suatu usaha untuk menahan napas untuk waktu lama akan gagal karena pertambahan karbon dioksida yang melebihi normal di dalam darah akan menimbulkan rasa yang tidak enak.

G.    KESIMPULAN
1.    Pada keadaan normal, frekuensi udara pada seseorang yaitu 10-20 kali,  volume tidal 500 ml, volume cadangan inspirasi ± 3000 ml dan volume cadangan ekspirasi ± 1000  ml, serta kapasitas respirasi ± 4500 ml.
2.    Perbedaan frekuensi udara, volume dan kapasitas udara dipengaruhi oleh berbagai factor seperti umur, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh, kegiatan dan aktivitas tubuh, dan lain-lain.

                                                            DAFTAR PUSTAKA
Nurcahyo, Heru. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY.
Soewolo, M.Pd. 2000. Pengantar Fisiolgi Hewan. Jakarta: Proyek PGSM Depdiknas.
LAPORAN PORTOFOLIO
ILMU LINGKUNGAN



Disusun Oleh:
Annisah Latifatun Hasanah
10304241012
Pendidikan Biologi Subsidi


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012


                                                     REFLEKSI ILMU LINGKUNGAN

Ilmu Lingkungan adalah suatu studi yang sistematis mengenai lingkungan hidup dan kedudukan manusia yang pantas di dalamnya. Ilmu mensyaratkan beberapa karakteristik, begitu juga dengan ilmu lingkungan. Adapun syarat-syarat ilmu lingkungan dikatakan sebagai ilmu yaitu:
•    Obyek dan persoalannya jelas
•    Memiliki prosedur dan metode ilmiah yang digunakan
•    Memiliki struktur konsep atau sistematika konsep
•     Bersifat dinamis (berkembang)
•    Memiliki manfaat
1.    Obyek dan persoalannya jelas
Ilmu lingkungan mengkaji lima variabel dasar yaitu energi, materi, ruang, waktu, dan keragaman. Terdapat 2 macam konsep lingkungan yaitu konsep lama dan baru. Konsep lingkungan yang lama komponennya terdiri dari abiotik, biotik, dan sosial/kultural. Sedangkan konsep lingkungan yang baru komponennya terdiri dari biofisik, sosiokultural dan manusia sebagai sentral (pusat). Terbentuknya suatu lingkungan yaitu ketika terjadi interaksi antar komponen-komponen lingkungan diantaranya interaksi antara manusia dengan biofisik, interaksi antara manusia dengan sosial budaya, dan interaksi antara biofisik dengan sosial budaya.
Terdapat 2 (dua) macam biofisik yaitu biofisik alami dan biofisik buatan. Perbedaan antara keduanya adalah keterlibatan (peranan dan kedudukan) manusia di dalamnya. Biofisik alami lebih stabil dibandingkan dengan biofisik buatan, karena biofisik alami lebih heterogen dan keterlibatan manusia di dalamnya tidak mendominasi komponen lingkungan yang lain.  Dengan adanya saling ketergantungan di antara manusia di dalam memanfaatkan dan mengelola sumber alam, maka terjadi kehidupan berkelompok sesuai dengan pembagian kerja dan aktivitas kerja sama kesatuan hidup manusia yang ditandai dengan hidup yang berkelompok menimbulkan keterikatan manusia pada norma-norma, aturan-aturan dan adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu sehingga membentuk masyarakat.
Sumber persoalan lingkungan terjadi ketika kepentingan hidup manusia dalam suatu lingkungan mengalami tekanan dan ketidakseimbangan yang bersumber pada aktivitas manusia yang ditentukan oleh langgam (cara) hidupnya. Langgam hidup manusia berkaitan dengan cara yang digunakan oleh manusia dalam memanfaatkan sumberdaya lingkungan dan sikapnya terhadap limbah (entropi) yang dihasilkan.
Orientasi kehidupan manusia terbagi menjadi dua yaitu Antroposentrik dan Altruistik. Antroposentrik lebih berorientasi pada kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan Altruistik lebih berorientasi pada persoalan yang lebih luas yaitu pemikiran manusia yang mulai memikirkan keberlanjutan dukungan bagi keberlanjutan kehidupan antar generasi karena adanya pertambahan jumlah penduduk yang semakin meninngkat tetapi sumberdaya lingkungan semakin terbatas.
2.    Prosedur dan metode ilmiah yang digunakan
Ada empat macam Pendekatan yang digunakan dalam mengkaji persoalan ilmu lingkungan di antaranya Pendekatan multidisipliner, yaitu berbagai ilmu yang bersifat terpisah dan tersendiri digunakan untuk mengkaji dan memecahkan persoalan lingkungan (hanya satu disiplin ilmu saja yang digunakan). Pendekatan pluridisipliner, yaitu terjadinya interaksi antara dua atau lebih disiplin ilmu dari berbagai ilmu yang digunakan dalam pengkajian dan pemecahan persoalan lingkungan. Pendekatan interdisipliner, yaitu jika adanya interaksi antar disiplin ilmu yang memang diperlukan yang dapat berkisar dalam bentuk komunikasi sederhana atau bentuk mutual integration pada bidang-bidang yang sangat luas. Pendekatan transdisipliner, yaitu berbagai disiplin ilmu menggunakan sistem aksioma bersama (luluh). Berbagai disiplin ilmu sama-sama bisa digunakan dalam pemecahan persoalan lingkungan melebur menjadi satu sehingga akhirnya bisa menjadi sesuatu (ilmu) baru.
3.    Struktur atau sistematika konsep
Prinsip-prinsip ilmu lingkungan
Ada 14 (empat belas) prinsip dasar yang menyangkut lingkungan yang dapat dianggap cukup kokoh untuk dapat menjelaskan berbagai persolan lingkungan yang semakin lama semakin kompleks dan berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi manusia. Keempat belas prinsip dasar tersebut sebenarnya merupakan satu kesatuan sehingga walaupun dalam pembahsannya dilakukan satu persatu menurut urutan logikanya, tetapi hubungan antara satu prinsip dengan prinsip dasar lainnya dapat digambarkan sebagai suatu hubungan logis dan merupakan satu prinsip umum lingkungan. Pengkajian prinsip ilmu lingkungan menggunakan cara deduksi dan induksi. Suatu prinsip dasar dapat digunakan sebagai dasar deduksi bagi pengembangan dan pembentukan prinsip dasar lainnya. Dan tiap prinsip dasar dapat didukung secara induktif oleh rangkaian data yang relevan untuk mendukung kebenaran prinsip tersebut.
Sifat/watak lingkungan
Berubah, sifat ini perlu menjadi perhatian baik bagi upaya pengelolaan atau pendidikan lingkungan. Semua manusia wajib mengetahui dan memperhitungkan sifat berubah ini dalam berbagai proses pengambilan keputusan karena perubahan tersebut akan mempengaruhi sistem ekonomi, sosial, dan politik, sebagai bagian kehidupan manusia.
Kompleksitas, karena jumlah komponen penyusun lingkungan yang berubah sepanjang dimensi ruang dan waktu. Sementara itu tiap komponen mengalami peluang untuk berinteraksi dengan komponen lainnya, dengan konsekuensi terjadinya perubahan lingkungan tanpa dapat diprediksi secara utuh oleh manusia.
Ketidakpastian, merupakan karakteristik yang diakibatkan oleh perubahan dan kompleksitas yang terjadi pada setiap lingkungan. Tidak ada kemampuan manusia yang mampu untuk memprediksi apa yang akan terjadi dengan dan pada lingkungan hidupnya secara pasti.
Sumber konflik, terutama dapat terjadi pada lingkungan yang dibutuhkan oleh banyak pihak.  Potensi konflik antar kepentingan mewarnai kehidupan manusia dari generasi ke generasi berikutnya. Penyelesaian konflik merupakan bagian dari peradaban manusia sebagai hasil dan modal pendidikan, dan menjadi modal bagi pengelolaan lingkungan secara adil dan beradab.
Keterbatasan, Ciri ini menjadi konsekuensi yang semakin signifikan karena semakin cepatnya pertambahan jumlah penduduk di muka bumi ini.  Sementara itu bumi sendiri tidak tambah besar.
4.    Perkembangan ilmu lingkungan
Perkembangan lingkungan dimulai dari tingkat lokal, regional, dan global. lingkungan lokal bisa dipertahankan dengan cara menjaga kearifan lokal dengan adanya pedoman agar tidak melebihi apa yang telah disediakan oleh alam. Sedangkan untuk tingkat regional dan global dengan cara mematuhi peraturan dan kesepakatan mengenai lingkungan agar lingkungan bisa digunakan sebagai hidup berkelanjutan.
Filsafat Sultan Agung dan HB I menyebutkan bahwa “hamemayu hayuning bawana (mempertahankan kecantikan bumi yang cantik)”. Dari situ kita sebagai manusia harus sadar karena manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan lingkungan abiotik dan lingkungan biotik, selain kebutuhan pokok primer dan sekunder manusia yaitu makan, minum dan tempat tinggal, manusia juga membutuhkan sosialisasi.
Manusia mempunyai kelebihan dari makhluk hidup yang lain yaitu menjadi kholifah di bumi karena manusia memiliki akal, sehingga dalam pemanfaatan sumber alam, manusia dapat mengelolanya secara lebih efisien dan efektif dibandingkan makhluk hidup yang lain.
Pembangunan berkelanjutan
Pembangunan yang berkelanjutan merupakan pengembangan dari konsep pembangunan yang sebelumnya. Pembangunan yang berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Prinsip-prinsip kehidupan yang berkelanjutan: (a) Menghormati dan memelihara komunitas kehidupan. (b) Memperbaiki kualitas hidup manusia. (c) Melestarikan daya hidup dan keragaman bumi. (d) Menghindari sumber daya yang tidak terbarukan. (f) Berusaha tidak melampaui kapasitas yang tidak terbarukan. (h) Mengubah sikap dan gaya hidup orang per orang. (i) Mendukung kreativitas masyarakat untuk memelihara lingkungan sendiri. (k) Menyediakan kerangka kerja nasional untuk melakukan upaya pembangunan pelestarian. (l) Menciptakan kerja sama global.
Kegiatan pembangunan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengubah sesuatu keadaan tertentu menjadi keadaan yang lebih baik, sehingga dapat mensejahterakan manusia. Namun di dalam pembangunan yang memuat unsur perubahan itu dapat menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan, sedangkan hal yang pokok dalam lingkungan adalah keseimbangan antarkomponen-komponen lingkungan. Karena itu, bila di dalam lingkungan tidak terjadi keseimbangan antar komponen-komponen lingkungan, maka akan terjadi kerusakan lingkungan. Pemahaman terhadap hakikat lingkungan ini masih banyak yang tidak disadari manusia sehingga mengakibatkan kesalahan pada waktu menentukan perencanaan, pelaksanaan, dan pasca kegiatan pembangunan. Dalam prinsip pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, maka pembangunan yang dilakukan dengan pendekatan lingkungan artinya tidak menolak bila sumber daya alam diolah untuk kesejahteraan manusia, tetapi kesejahteraan manusia yang dimaksudkan di sini adalah kesejahteraan manusia untuk masa kini dan masa mendatang. Karena itu, dalam pembangunan ini harus diperhatikan hakikat lingkungan. Selanjutnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dapat berhasil dilakukan bila sumber daya manusia, alam, dan teknologi dapat ditingkatkan dengan nilai tambah yang diukur melalui keuntungan finansiil dan non-finansiil. Beberapa cara yang dapat ditempuh menjadi alternatif perlakuan terhadap SDA dalam hidup berkelanjutan yaitu 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery), cleaner production, dan zero emission.
Konferensi pembangunan yang berkelanjutan diawali pada 5 Juni 1972 di Stockholm yang berhasil membentuk organisasi PBB di bidang lingkungan yang diberi nama UNEP (United Nations Environment Programme). Setelah itu setiap 10 tahun diadakan konferensi berturut-turut KTT tahun 1982 di Nairobi dengan hasil WCED (World Commission on Environment and Development), KTT tahun 1992 di Rio de Janeiro yang menghasilkan “agenda 21” dan terakhir KTT tahun 2002 di Johannesburg.
Pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia diaplikasikan dengan dibentuknya kementerian lingkungan hidup dari tahun 1972 hingga sekarang. Di samping itu, disertai kebijakan berbagai aspek di bidang lingkungan hidup sebagai konsekuensi ratifikasi konvensi PBB di bidang lingkungan.
5.     Manfaat dan penyelesaian
Ilmu lingkungan dipelajari untuk menimbulkan kesadaran, penghargaan, tanggung jawab, dan keberpihakan terhadap manusia dan lingkungan hidup secara menyeluruh. Semakin modern kehidupan manusia maka semakin besar pula resiko kehidupan yang ditimbulkan dan semakin banyak persoalan lingkungan yang diakibatkan sehingga manusia mulai menyadari bahwa kehidupannya di muka bumi juga harus disiapkan bagi generasi berikutnya, oleh karena itu manusia sangat berkepentingan dengan keberlanjutan lingkungan yang mendukung kehidupan manusia.
Dalam pengelolaan lingkungan hidup diperlukan beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk dapat menilai fungsi suatu lingkungan hidup yaitu mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi, keterkaitan baik antarjenis kehidupan maupun dengan lingkungan fisik, efisiensi dan efektivitas penggunaan energi yang tinggi. Beberapa cara yang digunakan dalam pengelolaan lingkungan yaitu adanya paradigma baru tentang pengelolaan lingkungan, strategi konservasi dalam pengelolaan lingkungan, amdal, audit lingkungan, eco-label, ISO (International Organization for Standardization) 1400-an, produksi bersih (CPT), dan eko-efisiensi.
Adapun usaha mengatasi permasalahan lingkungan agar manusia tetap dapat hidup dengan dukungan lingkungan dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu cara pendidikan (ilmu pengetahuan) dan teknologi, penegakan hukum, dan etika lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang menjadi sangat kompleks diperlukan berbagai upaya pendekatan sekaligus secara sinergis.
Teknologi lingkungan, diarahkan untuk upaya konservasi lingkungan agar dapat memberi kehidupan manusia secara berkelanjutan. Salah satu bentuk teknologi lingkungan yang masuk dalam proses produksi yaitu CPT (Cleaner Production Technology) yang berorientasi pada proses sejak awal menggunakan produksi bersih (input-process-output). Berbeda dengan EPT (End Pipe Technology) yang bekerja khusus pada akhir.
Hukum, berperan mengendalikan aktivitas kehidupan manusia yang berkaitan dengan lingkungan sebagai sumberdaya kehidupannya termasuk berbagai budaya dan penggunaan teknologi. Persoalan yang diatur menyangkut berbagai kepentingan manusia, kepentingan lingkungan, kehidupan berkelanjutan, perlindungan, pemanfaatan sumberdaya secara lestari, dan sebagainya.
Pendidikan lingkungan, menempatkan manusia berada dalam sistem lingkungan dan menjadi bagian dari sistem lingkungan itu sendiri serta diharapkan berdampak jangka panjang dan tidak dapat nampak hasilnya secara cepat, tetapi jika dilakukan dengan benar maka akan menjadi warisan pengetahuan, sikap, moral, kepedulian, dan komitmen terhadap lingkungan antar generasi (berkelanjutan).
Etika lingkungan, merupakan tahap filosofis yang tidak terpisahkan dari filsafat lingkungan dan diharapkan menjadi tingkat tertinggi komitmen manusia terhadap lingkungan hidupnya.
Tiga teori etika lingkungan yang dikenal sampai saat ini yaitu:
1.    Teori deontologi, yang berorientasi pada kewajiban yang harus dilakukan.
2.    Teori Teleologi, yang berorientasi pada tujuan.
3.    Teori Keutamaan atau Virtue Theory, yang lebih mengutamakan pengembangan moral melalui keteladanan tokoh tertentu.